LIVING CULTURE PONDOK PESANTREN FATHIMAH AL-BATUL : MODAL AWAL TERCIPTANYA MASYARAKAT YANG RELIGIUS DI ERA SOCIETY 5.0
Keywords:
Pondok Pesantren, Living CultureAbstract
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibarengi dengan arus globalisasi menuntut pondok pesantren untuk melakukan perubahan-perubahan, jika tidak demikian, pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berdiri di negeri ini bisa saja kalah saing dengan banyaknya lembaga pendidikan modern yang didirikan. Berbagai tantangan akan dihadapi untuk menghidupkan kembali gairah tradisi hidup manusia di nusantara, terlebih pada era society 5.0 saat ini. Di antara produk budaya masyarakat yang bertemu dengan agama serta pendidikan adalah living culture. Bentuk dan macam living culture sangat beragam. Dalam living culture terkandung nilai-nilai keagamaan, sosial, kebudayaan, norma, tradisi lisan, perilaku, dan kebiasan hidup.
Rumusan masalah dari penilitian ini adalah bagaimana cara pandang santri dan pola pemikiran living culture pada pondok pesantren Fathimah al-batul? bagaimana analisis pendekatan dan implementasi pada living culture pondok pesantren? apa saja pengaruh living culture pondok pesantren Faathimah al-batul pada sikap santri? Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan tentang living culture yang terjadi pada santri pondok pesantren Fathimah al-batul, bagaimana implementasi living culture di pondok pesantren Fathimah al-batul, bagaimana pengaruh living culture pondok pesantren yang nantinya menciptakan masyarakat yang religius uang siap bersaing di Era Society 5.0.
Adapun metode yang dipakai pada penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research), observasi lapangan dan wawancara dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Peneliti mengumpulkan data melalui telaah pustaka yaitu dari buku, jurnal dan artikel ilmiah lainya yang releven dengan penelitian.
Dapat disimpulkan jika era society 5.0 memiliki konsep yaitu teknologi hidup berdampingan dengan manusia dalam hal berbagi pengetahuan dan meningkatkan kehidupan sehari-hari. Teknologi kerap membantu atau memudahkan kegiatan manusia. Akan tetapi, dampak yang dibawa oleh teknologi selain positif juga ada negatifnya. Penggunaan yang tidak terpantu bisa membawa banyak dampak negative pada diri anak. Seorang santri salah satu generasi atau pemuda yang nantinya akan memimpin bangsa ini sekitar 10 sampai 15 tahun yang akan datang, harus dibekali ilmu agama atau dibekali ruhul bathin agar akidah tidak goyah.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Dinamika: Jurnal Studi Kepesantrenan dan Keislaman

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.